Kamis, 31 Mei 2012

CHF (Congestive Heart failure)


CHF (Congestive Heart failure)

CHF merupakan suatu sindrom klinis yang complex yang dikarakteristikan dengan adanya perubahan struktur, fungsi, dan biologis yang menyebabkan kerusakan fungsi cor dan kongesti sirkulasi. Pada sindrom ini, kerusakan fungsi cor inadequate untuk menyeimbangkan dengan kebutuhan metabolism tubuh, sehingga perfusi ke organ dan jaringan turun (retensi cairan). Kebanyakan kasus gagal jantung merupakan hasil dari disfungsi sistolik yangmana karena kerusakan kontraktilitas ventrikel kiri. Sehingga bisa diambil kesimpulan, bahwa gagl jantung mengakibatkan insufisiensi cardiac output karena cardiac disfungsi.
  
Etiologi
  • Di USA, CAD (Coronary Artery Disease)à penyebab lebih dari setengah kasus CHF
  • Penyebab lainnya à cardiomyopati, hipertensi, heart disease, penyakit jantung valvular, dan penyakit jantung congenital
  • Gagal jantung dapat di bedakan/diklasifikasikan dari berbagai hal à akut/kronis, sistolik/diastolic, bagian kanan/kiri, bagian depan/belakang, low/high output
  •   Gagal jantung akut à tanda : dekompensasi cepat yang menyebabkan dyspnea, oedema akut pulmoner, atau retensi cairan.
  • Gagal jantung kronik à tanda : kerusakan yang panjang meliputi dyspnea, usaha yang nggak dapat ditoleransi, retensi cairan.
  • Gagal jantung kronik dengan akut eksaserbasi à yang biasa muncul klinisnya
  • Gagal jantung sistolik à tanda : kerusakan kontraktilitas yang merupakan manifestasi dari LVEF (fraksi ejeksi ventrikel kiri)
  •   Gagal jantung diastolik à tanda : LVEF yang berhubungan dengan relaksasi & pengisian ventrikel kiri yang abnormal, LVH, dan tekanan di dalam cor yang naik.
  • Gagal jantung diastolik à terjadi dengan  penyakit jantung hipertensi, CAD, hipertrofi cardiomyopati, restriksi cardiomyopati, dan penyakit valvula aorta dengan/tanpa perpindahan valvula.
  •   Gagal jantung bagian kiri à merupakan manifestasi dari usaha yang nggak dapat ditoleransi dan dyspnea.
  •   Gagal jantung bagian kanan à tanda : retensi cairan, edema, asites
  •   Penyebab2 gagal jantung kanan à gagal jantung bagian kiri, stenosis mitral, hipertensi pulmoner (primer/sekunder), corpulmonale dari penyakita obstruksi pulmoner kronik, penyakit valvula pulmonalis, panyakit valva tricuspid, infark ventrikel kanan, dan dysplasia aritmogenik ventrikel kanan. 
  • Biasanya low cardiac output  lebih sering terjadi daripada yang high cardiac output
  • Yang menyebabkan high cardiac output à thyrotoxicosis, fistula arteriovena, kehamilan, penyakit Paget, anemia, dan beri-beri  
Patofisiologi
§  Faktor yang memberikan kontribusi pada sindrom gagal jantung ini adalah à struktur cor yang abnormal, perubahan hemodinamik, aktivasi neurohormonal.
a.       Perubahan hemodinamik (kontribusi dalam hal gejalanya)à tanda : low cardiac output (menyebabkan fatigue, usaha yang nggak bisa ditoleransi) dan tekanan di dalam cor yang tinggi (menyebabkan dyspnea dan edema perifer). Pasien dengan gagal jantung memiliki kapasitas untuk beraktivitas yang rendah karena adanya low cardiac output, dan aktivitas itu dapat menginduksi terjadinya hipertensif pulmoner.
b.      Abnormal neurohormonal terdiri atas : aktivasi sistem saraf simpatis, RAAS, menghasilkan vasopressin, peningkatan endotel, aktivasi sitokin proinflamasi, dan pengeluaran peptide natriuretik. Umumnya, keabnormalitasan neurohormonal akan menyebabkan vasokonstriksi, retensi sodium dan cairan, pertumbuhan dan remodeling cardiovascular. Neurohormon akan meningkat pada saat terjadi gagal jantung dan berhubungan dengan beratnya gagal jantung serta prognosisnya.
§  Disfungsi baroresptor member kontribusi dengan adanya aktivasi sistem saraf simpatis dan menghambat sistem saraf parasimpatis. Adanya katekolamin pada sirkulasi dapat menyebabkan takikardi poada saat istirahat, aritmia, toksisitas myosit, disfungsi reseptor β, dan menstimuli rennin-angiotensin.
§  Sistem rennin-angiotensin diaktifkan saat rennin dikeluarkan dari apparatus juxtaglomerulus ren oleh bebrapa rangsangan. Rennin bertindak sebagai substrat perubahan angiotensinogen menjadi angiotensin I. setelah berada di sirkulasi akan berubah menjadi angiotensin II. Angitensin II merupakan vasokonstriktor yang poten, yang merangsang rasa haus, pengeluaran aldosteron, dan retensi cairan serta sodium.
§  Vasopressin dikeluarkan oleh hipotalamus sekunder untuk baroresptor/merangsang osmosis dan menyebabkan vasokonstriksi (retensi cairan serta sodium).
§  Aksi dari sistem saraf simpatis, sistem rennin-angiotensin, dan vasopressin diseimbangkan oleh peptide natriuretik.
§  Hormone peptide natriuretik à dihasilkan oleh sel myosit cordan beraksi pada vascular serta ren. Efek fisiologisnya ialah à vasodilatasi, pengeluaran cairan dan sodium, modulasi neurohormonal.
§  Endotelin  à berasal dari berbegai sumber dari sistem cardiovascular. Endotelin merupakan vasokonstriktor dan factor pertumbuhan.
§  Sitokin proinflamasi, TNF à dihasilkan oleh makrofag, dan dapat menyebabkan kakeksia cor, usaha yang nggak bisa ditoleransi, dan apoptosis cor yang sudah mengalami kegagalan.
§  Konsekuensi dengan adanya kerusakan pada myocard, cor mengkompensasi dengan stroke volume yang rendah. Remodeling à hipertrofi, dilatasi, ruang ventrikel kiri berubah bentuk agak spheris (yang menyebabkan peningkatan stress dinding, regurgitasi mitral, dan penurunan inotropik).
    
Diastolic Failure
§  Sistolik disfx à kerusakan kontraktilitasnya
§  Diastolic disfx à kerusakan relaksasinya à LVEF normal tapi pengisian ventrikel mengalami gangguan (stiff-heart syndrome)
§  Kadang menyebabkan LVH à ukuran kavitas ventrikel kiri << à cor secara keseluruhan tidak mengalami pembesaran yang signifikan.
§  Diastolic disfx à biasanya dengan HT, penyakit jantung iskemik, kardiomyopati hipertrofi, kardiomyopati restriktif (termasuk penyakit infiltratif), & penyakit katub aortic
§  Ecocardiografi à tes yang penting untuk mengetahui LVEF & pola pengisian diastolic
§  Secara hemodinamik à adanya peningkatan tekanan intracardiac.
§  Tujuan tx à melegakan kongestif, memperkuat relaksasi, mengurangi hipertrofi, menurunkan iskemik.
Gambaran  Klinis
§  Gejala CHF à low cardiac output / peningkatan tekanan intracardiac
§  Manifestasi umum à sedikit bernapas, fatigue, effort intolerance, retensi cairan.
§  Gejala respirasi à dyspnea, orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, batuk, wheezing, respiratory distress.
§  Manifestasi abdomen à weugt gain, retensi cairan,  bloating, early satiety, anorexia, BB turun, nyeri pada kuadran kanan atas, nausea, vomitus.
§  NYHA :    a. kelas I à tidak ada batasan aktivitas fisik, tidak ada dyspnea/fatigue dengan aktivitas fisik yang biasa.
b.   Kelas II à ada batasan aktivitas fisik yang ringan, ada dyspnea/fatigue pada aktivitas fisik biasa. Tidak ada gejala saat istirahat.
c.    Kelas III à ada batasan aktivitas yang nyata, aktivitas fisik yang kurang dari biasa menyebabkan munculnya gejala. Tidak ada gejala saat istirahat.
Kelas IV à ada gejala saat istirahat & dengan aktivitas yang sederhana

PAPILLOMA


     PAPILLOMA
Human Papillomavirus (HPV) merupakan epitheliotropic, double stranded, virus DNA sirkular dari keluarga papovavirus[1] yangmana ditemukan untuk menginfeksi sel basal dari epitel skuamus[2]. Infeksi ini disebabkan oleh HPV yang dapat ditemukan pada berbagai tempat tubuh, seperti traktus anogenital, kulit, konjungtiva, laring, mukosa trakeobronkial, esophagus, dan lapisan dalam  mulut[3]. Sampai sekarang, telah ditemukan lebih dari 130 tipe dari  HPV yang telah diidentifikasi berdasarkan sekuen nukleotida DNA-nya[4]. HPV juga diklasifikasian berdasarkan tingkat risikonya, yaitu risiko rendah dan risiko tinggi, tergantung dari potensialnya masing-masing dalam menyebabkan lesi keganasan seperti pada karsinoma cervix[5]. Pada lebih dari 92% keganasan servix, beberapa tipe high-risk (HR) HPV telah didentifikasi[6]. Onkoprotein HR-HPV (E6 & E7) bekerja dengan mengganggu (merusak) fungsi dari tumor suppressor genes (pRb & p53), sehingga terbentuklah pertumbuhan sel yang berlebihan1.
Pailoma merupakan neoplasma epitel jinak, yang tumbuh di suatu permukaan, dan menghasilkan tonjolan mirip jari, baik secara mikroskopis maupun makroskopis.
v  Mekanisme Cedera Akibat Virus
Gambar robbins kumar hal 355 vol 1
v  Sifat Penting HPV (bku mikrobiologi p 610)
Virion              : Ikosahedral, diameter 55 nm
Komposisi        : DNA (10%), protein (90%)
Genom                        : DNA untai ganda, sirkular,BM 5 juta, 8kbp
Protein                        : 2 protein struktural, histon seluler mengondensasi DNA di dalam virion
Selubung         : tidak ada
Replikasi          : nukleus
Karakteristik    : -   menstimulasi sintesis DNA sel
-       Kisaran pejamu dan tropisme jaringan terbatas
-       Penyebab bermakna kanker pada manusia, khususnya kanker servix
-       Onkoprotein virus berinteraksi dengan protein penekan tumor selular
HPV (Human Papiloma VIrus)
HPV tipe 1,2,4,7 à menyebabkan papiloma skuamosa jinak (kutil) pada manusia
HPV tipe 16 dan 18 à ditemukan pada 75%-100% kanker sel skuamosa invasif
HPV tipe 6 dan 11 à menyebabkan kutil genital dengan potensi keganasan rendah
            Potensial onkogenik HPV dapat dikaitkan dengan produk 2 gen awal virus, E6 dan E7 yang berada di kapsidnya. Protein E7 berikatan dengan protein retinoblastoma dan menggeser faktor transkripsi E2F yang secara normal disingkirkan oleh RB. Protein ini juga menginaktifkan CDKI CDKN1A/p21 san p27. Protein E7 dari tipe HPV risiko-tinggi (tipe 16, 18, dan31) mengikat dan mungkin mengaktifkan siklin E dan A. protein E6 juga memiliki banyak efek. Protein ini mengikat dan menginaktifkan protein TP53; protein ini memerantai penguraian BAX, suatu anggota proapoptotik family BCL2; dan protein ini mengaktifkan telomerase. Secara singkat, infeksi oleh HPV jenis risiko-tinggi menyebabkan hilangnya gen penekan tumor, mengaktifkan siklin, menghambat apoptosis, dan melawan penuaan sel.
 

[1] Hausen Z: Papillomavirus infections – a major cause of human cancers. Biochim Biophys Acta 1996, 2:F55-78.
[2] Ha KT, Kim JK, Lee YC, Kim CH: Inhibitory effect of Daesungki-Tang on the invasiveness potential of hepatocellular carcinoma through inhibition of matrix metalloproteinase-2 and -9 activities. Toxicol Appl Pharmacol 2004, 200:1-6.
[3] Syrjanen SM, Syrjanen KJ, Happonen RP: Hu man papiilomavirus (HPV) DNA sequences in oral precancerous lesions and squamous cell carcinoma demonstrated by in situ hybridization. J Oral Pathol 1988, 17:273-278.
[4] de Villiers EM, Fauquet C, Broker TR, Bernard HU, Hausen Z: Classification of papillomaviruses. Virology 2004, 324:17-27.
[5] Hildesheim A, Schiffman MH, Gravitt PE, Glass AG, Greer CE, Zhang T, Scott DR, Rush BB, Lawler P, Sherman ME: Persistence of type-specific human papillomavirus infection among cytologically normal women. J Infect Dis 1994, 169:235-240.
[6] Iwasawa A, Nieminen P, Lehtinen M, Paavonen J: Human papillomavirus DNA in uterine cervix squamous cell carcinoma and adenocarcinoma detected by polymerase  chain reaction. Cancer 1996, 77:2275-2279.